Bagaimana caranya meneliti material berukuran nanometer atau sepermiliar meter? Peneliti Pusat Teknologi Material BPPT Dr Eng Ratno Nuryadi (mantan Ketua ISTECS-Jepang 2006-2008, red) bisa menciptakan mikroskop untuk melihat struktur materi renik tersebut.
"Untuk melihat struktur materi seukuran nano atau 10 pangkat minus sembilan meter, perlu perlengkapan khusus yang tak ada di Indonesia. Alat itu hanya bisa diimpor dengan harga satu unitnya mencapai sekitar Rp2-3 miliar," kata Ratno yang menjadi pemenang Pemilihan Peneliti Muda Indonesia (PPMI) XIV bidang Ilmu Pengetahuan Teknik dan Rekayasa.
Prihatin atas kondisi itu, Ratno yang memenangkan penghargaan PPMI dengan makalah berjudul "Manufactur Atomic Force Microscope (AFM) dan Aplikasinya pada Nanoteknologi" itu kemudian menciptakan mikroskop material renik yang disebut AFM (Atomic Force Microscope).
"Ini adalah mikroskop nano pertama yang diciptakan di Indonesia dengan modal sekitar Rp50 juta saja dan dibuat dengan bahan-bahan sederhana," kata pria kelahiran Bantul 17 Oktober 1973 itu sambil berpromosi usai menerima penghargaan dari Kepala LIPI Umar A Jenie serta uang tunai Rp25 juta.
Mikroskop nano itu, urainya, bukan mikroskop biasa, karena menggunakan teknologi peraba materi seperti jarum yang akan menyusuri struktur materi dan kemudian menampilkan strukturnya di layar komputer dengan menggunakan software tertentu. Cara kerjanya mirip perlengkapan mikroskop nano yang ada di dunia.
Ditanya soal kehandalan alatnya, ia mengatakan, mikroskopnya itu prinsipnya sudah bekerja secara normal, namun secara teknis perlu dioptimalisasi lagi agar penampilannya lebih baik.
Nanoteknologi, jelasnya, merupakan teknologi yang sedang berkembang pesat di dunia karena materi yang disusun dengan teknologi nano akan memiliki karakter dan fungsi berbeda dengan materi yang tersusun tanpa teknologi nano.
Sumber: Republika.com, 7-8-2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar